SAHABAT
Buru – buru saya bergegas untuk bergegas berangkat
sekolah, masih banyak hal yang belum saya lakukan sarapan saja belum, saya pun
langsung menuju meja makan , selesai makan saya langsung buru buru menjemput
Ela dan satu lagi kak Tatah, untuk berangkat sekolah bareng.
“Ela Ela” ku berseru didepan
rumahnya.
“iya sebentar” ku mendengar
seruan dari rumah Ela dan kutau itu pasti suara Ela.
Kami berangkat sekolah
bersama. Senangnya hari hari ku memiliki sahabat kecil bernama Ela, Ela sahabat
dari kecil yang selalu bersama, bermain, belajar, mengaji, semua ku lakukan
bersama dia, rumah ku dan dia berdempetan tembok pembatas saja pendek bagaimana
aku tidak dekat dengan dia, keluarga dia juga dekat dengan keluarga aku.
Dia Ela.
Si mungil bisa kusebut saat ini. Anak yang selalu riang
tapi terkadang cengeng, otaknya cerdas, manis, cantik, imut. Anak yang baik
yang akan selalu menjadi kebanggaan orang tuanya. Aku dan dia bertemu saat aku
berusia 3 tahun saat orangtua ku dipindah tugaskan ke Bengkulu, saat itu aku
masih menjadi anak pindahan yang tak memiliki teman yang ingin beradaptasi
dengan suasana baru. Dan kebetulan rumahku bersampingan dengan Ela, awalnya
orangtua kami yang berkenalan ternyata aku dan dia seumuran hanya dia lahir
tahun 1996 sedangkan aku 1997. Aku diajak oleh mamaku untuk berkenalan dengan
Ela kami berkenalan dengan awal rasa malu malu. Terbawa suasana aku dan dia
bermain bersama. Dari itu lah persahabatan kami dimulai. Kita masih berumur 3
tahun kita belum menginjak dunia pendidikan. Jadilah setiap hari kami isi
dengan bermain.
Pagi yang cerah datang suasana depan rumah serasa begitu
hening. Tetapi ada suara tangisan dari sebelah rumahku.
“Engga Engga mau” terdengar
suara itu, aku langsung memanggil mamaku.
“Mama, mama denger deh ela
nangis” dengan suara anak berumur 3 tahun.
“ Yaterus kenapa? Coba ayoo
kita kerumah Ela” jawaban mama yang begitu anggun.
Sesampainya dirumah Ela
langsung kutanya.
“Ela kenapa menangis” tanyaku
“Aku gamau ikut ayah dan
Bunda keluar kota” jawab Ela dengan sesekali sesenggukan.
“Yaudah kalau begitu gimana
Ela tidur dirumah kami saja, boleh tidak bu?” jawab mama.
“ Boleh bu, tapi apa tidak
merepotkan?” Tanya mama Ela
“ Tentu tidak” jawab mama.
Dan Ela mala mini tidur
bersamaku, senangnya tidur sama Ela kita bisa bermain bareng, kita paling
sering bermain Puzzle atau tidak bermain rumah rumahan Barbie.
Pada usia 4 tahun kami
belajar membaca dulu, dan pada usia 5 tahun kami pun masuk TK yang sama
senangnya bisa satu sekolah dengan Ela berbagi suasan pertama sekolah. Sudah
dua tahun kami bersama sekolah ceria tetapi terkadang berantem gara- gara
rebutan mainan.
1 tahun berlalu kami
menginjak Sekolah Dasar kami bersekolah disekolah yang sama dan terus bersama
berangkat sekolah, pulang sekolah selalu bersama hanya saja terpisah oleh kelas
yang berbeda.
Saatnya kenaikan kelas senang
rasanya naik kekelas 2 tapi rasa itu semua tertupi oleh rasa sedih rasa yang
tak mau kehilangan sahabat.
Aku harus segera memberitahukan ini pada Ela.
“Ela Ela” kuserukan suaraku memanggil
Ela dari balik pintu pagarnya.
“iya” kudengar sahutan dari
dalam rumahnya.
“Ela aku punya kabar buruk”
“ kabar buruk apa?” terlihat
wajah cemas dari Ela
“Ayahku…..”
“ Ayahmu kenapa?”
“ Ayahku dipindah tugaskan
Ela aku harus pindah ke Papua”
“ apa?” wajah Ela berubah
menjadi sedih
Aku tak bisa melihat wajah
temanku seperti itu.
“lalu bagaimana kita? Kita
tidak bisa bertemu lagi” jawab Ela kembali
“ Jangan begitu Ela tenang,
pasti kita bisa bertemu lagi”
kita menangis bersama rasanya
begitu sedih teman selama ini harus berpisah.
Keberangkatan aku menuju Papua, aku diantar oleh Ela
diBandara tangan kita takbisa terlepas aku menggendong boneka yang diberi Ela
padaku. Dan perpisahan itu terjadi aku
pergi meninggalkan Bengkulu meninggalkan teman sejatiku teman kecil ku.
Sesampainya di Papua aku
selalu menghubungi Ela begitu juga Ela itu selalu kita lakukan untuk menjalin
persahabatan aku dan Ela.
Pada saat aku pindah ke Bali
entah kenapa hubunganku dengan Ela menjauh taka da kontak. 2 tahun sudah aku
dan Ela tidak berhubungan. Aku dan Ela tidak seperti sahabat lagi. Sudahlah tak
apa pikirku mungkin Ela sudah menemukan teman yang lain.
Jalan Allah berkata lain pada saat aku kelas 5 tiba tiba
orangtua Ela menghubungi keluargaku, katanya keluarga Ela sedang liburan di
Bali. Aku dan keluarga langsung menuju ke Hotel dimana Ela berada. Senang
rasanya aku dan Ela masih bisa bertemu berpelukan kembali seperti 4 tahun yang
lalu. Pertemuan yang singkat itu benar benar kita isi dengan bermain bersama
melepas kangen. Kita berjanji akan selalu bersama, pertemuan singkat yang
membawa aku dan Ela menjadi sahabat. Perpisahan yang terjadi saat ini tidak
melunturkan persahabatan aku dan Ela sampai saat ini pun aku masih kontak
dengan Ela. Persahabatan ini yang akan selalu menjadi kenangan selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar