Rabu, 01 Mei 2013

Cerpen


SAHABAT
            Buru – buru saya bergegas untuk bergegas berangkat sekolah, masih banyak hal yang belum saya lakukan sarapan saja belum, saya pun langsung menuju meja makan , selesai makan saya langsung buru buru menjemput Ela dan satu lagi kak Tatah, untuk berangkat sekolah bareng.
“Ela Ela” ku berseru didepan rumahnya.
“iya sebentar” ku mendengar seruan dari rumah Ela dan kutau itu pasti suara Ela.
Kami berangkat sekolah bersama. Senangnya hari hari ku memiliki sahabat kecil bernama Ela, Ela sahabat dari kecil yang selalu bersama, bermain, belajar, mengaji, semua ku lakukan bersama dia, rumah ku dan dia berdempetan tembok pembatas saja pendek bagaimana aku tidak dekat dengan dia, keluarga dia juga dekat dengan keluarga aku.
Dia Ela.
            Si mungil bisa kusebut saat ini. Anak yang selalu riang tapi terkadang cengeng, otaknya cerdas, manis, cantik, imut. Anak yang baik yang akan selalu menjadi kebanggaan orang tuanya. Aku dan dia bertemu saat aku berusia 3 tahun saat orangtua ku dipindah tugaskan ke Bengkulu, saat itu aku masih menjadi anak pindahan yang tak memiliki teman yang ingin beradaptasi dengan suasana baru. Dan kebetulan rumahku bersampingan dengan Ela, awalnya orangtua kami yang berkenalan ternyata aku dan dia seumuran hanya dia lahir tahun 1996 sedangkan aku 1997. Aku diajak oleh mamaku untuk berkenalan dengan Ela kami berkenalan dengan awal rasa malu malu. Terbawa suasana aku dan dia bermain bersama. Dari itu lah persahabatan kami dimulai. Kita masih berumur 3 tahun kita belum menginjak dunia pendidikan. Jadilah setiap hari kami isi dengan bermain.
            Pagi yang cerah datang suasana depan rumah serasa begitu hening. Tetapi ada suara tangisan dari sebelah rumahku.
“Engga Engga mau” terdengar suara itu, aku langsung memanggil mamaku.
“Mama, mama denger deh ela nangis” dengan suara anak berumur 3 tahun.
“ Yaterus kenapa? Coba ayoo kita kerumah Ela” jawaban mama yang begitu anggun.
Sesampainya dirumah Ela langsung kutanya.
“Ela kenapa menangis” tanyaku
“Aku gamau ikut ayah dan Bunda keluar kota” jawab Ela dengan sesekali sesenggukan.
“Yaudah kalau begitu gimana Ela tidur dirumah kami saja, boleh tidak bu?” jawab mama.
“ Boleh bu, tapi apa tidak merepotkan?” Tanya mama Ela
“ Tentu tidak” jawab mama.
Dan Ela mala mini tidur bersamaku, senangnya tidur sama Ela kita bisa bermain bareng, kita paling sering bermain Puzzle atau tidak bermain rumah rumahan Barbie.
Pada usia 4 tahun kami belajar membaca dulu, dan pada usia 5 tahun kami pun masuk TK yang sama senangnya bisa satu sekolah dengan Ela berbagi suasan pertama sekolah. Sudah dua tahun kami bersama sekolah ceria tetapi terkadang berantem gara- gara rebutan mainan.
1 tahun berlalu kami menginjak Sekolah Dasar kami bersekolah disekolah yang sama dan terus bersama berangkat sekolah, pulang sekolah selalu bersama hanya saja terpisah oleh kelas yang berbeda.
Saatnya kenaikan kelas senang rasanya naik kekelas 2 tapi rasa itu semua tertupi oleh rasa sedih rasa yang tak mau kehilangan sahabat.
Aku harus  segera memberitahukan ini pada Ela.
“Ela Ela” kuserukan suaraku memanggil Ela dari balik pintu pagarnya.
“iya” kudengar sahutan dari dalam rumahnya.
“Ela aku punya kabar buruk”
“ kabar buruk apa?” terlihat wajah cemas dari Ela
“Ayahku…..”
“ Ayahmu kenapa?”
“ Ayahku dipindah tugaskan Ela aku harus pindah ke Papua”
“ apa?” wajah Ela berubah menjadi sedih
Aku tak bisa melihat wajah temanku seperti itu.
“lalu bagaimana kita? Kita tidak bisa bertemu lagi” jawab Ela kembali
“ Jangan begitu Ela tenang, pasti kita bisa bertemu lagi”
kita menangis bersama rasanya begitu sedih teman selama ini harus berpisah.
            Keberangkatan aku menuju Papua, aku diantar oleh Ela diBandara tangan kita takbisa terlepas aku menggendong boneka yang diberi Ela padaku.  Dan perpisahan itu terjadi aku pergi meninggalkan Bengkulu meninggalkan teman sejatiku teman kecil ku.
Sesampainya di Papua aku selalu menghubungi Ela begitu juga Ela itu selalu kita lakukan untuk menjalin persahabatan aku dan Ela.
Pada saat aku pindah ke Bali entah kenapa hubunganku dengan Ela menjauh taka da kontak. 2 tahun sudah aku dan Ela tidak berhubungan. Aku dan Ela tidak seperti sahabat lagi. Sudahlah tak apa pikirku mungkin Ela sudah menemukan teman yang lain.
            Jalan Allah berkata lain pada saat aku kelas 5 tiba tiba orangtua Ela menghubungi keluargaku, katanya keluarga Ela sedang liburan di Bali. Aku dan keluarga langsung menuju ke Hotel dimana Ela berada. Senang rasanya aku dan Ela masih bisa bertemu berpelukan kembali seperti 4 tahun yang lalu. Pertemuan yang singkat itu benar benar kita isi dengan bermain bersama melepas kangen. Kita berjanji akan selalu bersama, pertemuan singkat yang membawa aku dan Ela menjadi sahabat. Perpisahan yang terjadi saat ini tidak melunturkan persahabatan aku dan Ela sampai saat ini pun aku masih kontak dengan Ela. Persahabatan ini yang akan selalu menjadi kenangan selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar